Jurnas.com | KAPAL selam untuk mendukung pelaksanaan tugas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dalam mengamankan wilayah laut Indonesia akan memiliki sistem senjata paling mutakhir.
Kapal selam ini merupakan buatan Korea Selatan yang dilakukan dalam bentukjoint production Indonesia-Korsel. "Kapal selam yang paling canggih saat ini tipe 214. TNI AL akan memadukannya dengan mengambil bodi kapal tipe 209 1.500 ton, tapi dengan sistem persenjataan 214," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno kepada wartawan usai menghadiri gladi bersih upacara peringatan HUT TNI di Markas Besar (Mabes) TNI di Cilangkap Jakarta, Senin (3/10). KSAL menambahkan, Indonesia telah memiliki kapal selam jenis 209 berbobot 1.300 ton.
KSAL menuturkan, saat ini kemampuan industri pertahanan dalam negeri belum mampu untuk membangun kapal selam. Karenanya pengadaan kapal selam ini dilakukan dalam bentuk joint production dengan Korsel. Kerja sama yang akan menghasilkan tiga unit kapal selam ini akan dilakukan di kedua negara.
Pembangunan kapal selam pertama dilakukan di Korea disertai pengiriman ahli dari Indonesia untuk mempelajari teknologinya. "Yang kedua separuh-separuh oleh kedua negara, dan yang ketiga baru di bangun di Indonesia," jelas KSAL.
Dijelaskan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di tempat yang sama, pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) harus dibeli dari produksi dalam negeri. "Kalau belum bisa, kita lakukan joint production. Kalau joint productionpun tidak bisa, boleh membeli, seperti kapal selam ini," kata Panglima. Namun demikian, kata Panglima, pembelian kapal selam buatan Korsel ini menguntungkan Indonesia karena dapat dilanjutkan dengan joint productionsehingga terjadi transfer teknologi.
Pada Jumat (30/9) lalu KSAL mengatakan, biaya pembangunan tiga kapal selam ini menghabiskan dana Rp9,5 triliun. Pengadaan kapal selam untuk TNI AL ini menjadi prioritas setelah pengadaannya terlambat 2-3 tahun. Untuk menyusul keterlambatan ini, pengadaan kapal Selam tersebut akan dipercepat dari 30 bulan menjadi hanya 1,5 tahun.
Kapal selam ini merupakan buatan Korea Selatan yang dilakukan dalam bentukjoint production Indonesia-Korsel. "Kapal selam yang paling canggih saat ini tipe 214. TNI AL akan memadukannya dengan mengambil bodi kapal tipe 209 1.500 ton, tapi dengan sistem persenjataan 214," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno kepada wartawan usai menghadiri gladi bersih upacara peringatan HUT TNI di Markas Besar (Mabes) TNI di Cilangkap Jakarta, Senin (3/10). KSAL menambahkan, Indonesia telah memiliki kapal selam jenis 209 berbobot 1.300 ton.
KSAL menuturkan, saat ini kemampuan industri pertahanan dalam negeri belum mampu untuk membangun kapal selam. Karenanya pengadaan kapal selam ini dilakukan dalam bentuk joint production dengan Korsel. Kerja sama yang akan menghasilkan tiga unit kapal selam ini akan dilakukan di kedua negara.
Pembangunan kapal selam pertama dilakukan di Korea disertai pengiriman ahli dari Indonesia untuk mempelajari teknologinya. "Yang kedua separuh-separuh oleh kedua negara, dan yang ketiga baru di bangun di Indonesia," jelas KSAL.
Dijelaskan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di tempat yang sama, pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) harus dibeli dari produksi dalam negeri. "Kalau belum bisa, kita lakukan joint production. Kalau joint productionpun tidak bisa, boleh membeli, seperti kapal selam ini," kata Panglima. Namun demikian, kata Panglima, pembelian kapal selam buatan Korsel ini menguntungkan Indonesia karena dapat dilanjutkan dengan joint productionsehingga terjadi transfer teknologi.
Pada Jumat (30/9) lalu KSAL mengatakan, biaya pembangunan tiga kapal selam ini menghabiskan dana Rp9,5 triliun. Pengadaan kapal selam untuk TNI AL ini menjadi prioritas setelah pengadaannya terlambat 2-3 tahun. Untuk menyusul keterlambatan ini, pengadaan kapal Selam tersebut akan dipercepat dari 30 bulan menjadi hanya 1,5 tahun.
sumber : JURNAS
0 komentar:
Post a Comment
tinggalkan pesan