Monday, October 3, 2011

Memorinya Zulfa Usman

Tulisan H. Samri Barik, SH. di Singapore


Kehilangan beliau sangat aku rasakan, karena dia sering mengirim email apabila ada keperluanku di Pulau Bawean. Pertama kali aku mengenali Almarhum Zulfa Usman sebagai penulis Pulau Putri pada tahun 1995 di Bawean. Tapi sebelum itu aku sudah mendengar namanya dan membaca bukunya. Untuk bertemu dia sebagai seorang intelektual termasuk harapan besar. Apalagi setelah mengenal Saudarah Baharuddin SH. yang mengenalkan kapada dia, sebagai iparnya. Saya rasakan sedang berada dalam lingkungan orang-orang pintar; biarpun tahu prestasi saya jauh dari prestasi kedua orang yang kukenal.

Pada tahun 1999 sewaktu nya saya menjadi Sekretaris PBS, selepas menerimanya dari pimpinan Yb Berbahagia Sdri Salahwati Hj Sukor, saya juga menerima buku tulisannya almarhum sebanyak 400+ buah buku yang tidak terjual di Singapore. Kesemuanya dibiarkan diluar rumahnya bekas Sekretaris PBS hingga ada yang rusak karena terkena hujan. Semuanya saya selamatkan dan dengan hati yang rendah memberitahukan kepada almarhum bahwa bukunya akan saya beli kesemuanya dan akan saya jadikan hadiah bagi orang-orang yang membeli korban kambing dari saya, dan sakaligus mempromosikan Pulau Bawean pada mereka.

Hal yang sama berlaku selepas tahun 2005, apabila KH. Zakariah memberitahukan kepada saya, bahwa di Kuala Lumpur masih ada sakitar 500 bukunya yang tidak terjual. Pertama karena ia tidak melalui badan sensor Media Pelajaran Malaysia dan tidak lulus untuk dijual di toko-toko buku melainkan dijual pada orang-orang Bawean atau orang perorangan. Saat itu stok buku tersebut ditangan saya sangat menipis. Jadi saya negosiasi lagi dengan Bapak Zulfa, untuk pembelian sisa buku dan kesemuanya saya terima di Johor Malaysia dan tersimpan di rumah saya di Taman Perling, Malaysia. Sekarang mungkin sisanya tinggal 300+buah. Bukunya saya beli kontan. Uangnya saya serahkan pada Bapak Zulfa di Bawean. Tujuan saya adalah untuk mendukung pencetakan buku tersebut yang sudah lama mungkin tidak terbayar, atau bagaimana. Saya tidak tahu benar tidaknya. Tapi yang saya tahu, modal pencetakan buku adalah diluar kemampuannya untuk melakukan cetak ulang.

Saya teringat pada beliau karena setelah selesai membaca buku tersebut kira-kira tahun 1995, saya pernah bertanyakan sama ada beliau masih minat melanjutkan tulisan buku tersebut Episode ke 2 yang meliputi tulisan mengenai orang-orang Bawean yang berada di Liverpool, England dan juga di Port Hedland, Australia karena itu bisa dimuatkan dalam tulisannya yang bisa menjadi tulisan sejarah dalam waktu 20 tahun akan datang. Beliau mengaku agak keberatan biarpun memang mempunya visi seperti itu karena minatnya untuk menulis. Saat kita berbicara waktu itu sudah ada pemasukan personal computer di Bawean. Saya tidak tahu sekiranya sampai saat ini tulisannya sebagai sambungan Pulau Puteri sudah ada sambungannya ditulis oleh almarhum sacara diam-diam.

Pujian semua orang mengenai beliau yang saya baca semua adalah benar. Beliau adalah orang yang baik, tidak mengejar jabatan, bicara apa adanya, dan menahan kata-kata yang kurang enak mengenai sesiapa. Hatinya tawaddhu, dan amalnya bagus. Beliau menjadi sahabat kepada saya dengan tulus ikhlas. Wajahnya sering tersenyum dan sering menyambut saya di rumahnya selesa dengan senyuman yang tidak pernah saya lupakan. Sewaktu mertuanya masih hidup (yang baru meninggal bulan yang lalu) saya sering kasana, salat dan diberikan makan dahulu sebelum berangkat pulang ke Paroman, setelah tiba dari dermaga Bawean. Padahal saya sering ke Bawean, kira-kira 4 kali setahun. Bayangkan seringnya saya diberikan perhatian. Dan pada masa yang sama waktu saya ada di Bawean, dia akan ke rumah bersama isterinya yang dicintai ke Gedung Putih di Paromaan untuk bersilaturrahmi dengan saya, biarpun sebentar sahaja. Cuma Alhamdulillah, persahabatan kami tidak pernah orang lihat sering bersama karena hubungan kami adalah “private” karena banyak hubungan kami adalah dalam sedekah dan jariah. Beliau menubohkan tahfiz alquran dengan dana yang kecil, tapi berhati besar dan kuat untuk menghidupkan satu jenerasi alquran. Sama ada sumbangan saya kecil atau besar, dia tidak kurang mengucapkan terima kasih, atau melupakan begitu saja. Itulah sifat orang yang baik. Mudah-mudahanan visi dan cita-citanya itu di warisi oleh isterinya dan kita dapat mendokong cita-citanya sedapat mungkin.

Sulit saya mencari teman yang punya wawasan yang besar seperti dia, intelektual, tawaddhu dan rendah diri. Seakan-akan saya akan menangis sewaktu menulis memoriam ini seperti dia masih ada di kelopak mata saya. Waktu saya lihat fotonya dalam simpanan hampir saya kurang percaya dia telah kembali ke rahmatullah. Karena setelah dia, siapa yang akan menjadi teman yang jujur dan ikhlas menggantikan dia di Pulau Bawean ? Siapa yang akan mengirim saya email dan memberitahukan hal-hal yang penting yang harus saya tahu, selain membacanya di Media Bawean.

Apa yang saya tahu, di Bawean tidak ramai orang yang mempunyai buku Pulau Puteri. Di sekolah-sekolah atau di Madrasah, jarang sekali saya dengar anak-anak membacanya sebagai bahan bacaan di Bawean. Tulisannya adalah tulisan seorang lagenda, dan isinya adalah sejarah. Mungkin satu hari sekolah-sekolah disana mau menjadikan buku-bukunya sebagai bahan pembacaan? Ya, hubungilah saya, semoga buku dalam simpanan saya dapat dimanfaatkan, demi cinta pada sahabat yang sudah pergi. ..

H. Samri Barik SH.
Singapore

0 komentar:

Post a Comment

tinggalkan pesan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...